KASUS-KASUS CYBER CRIME
Serangan siber ransomeware sempat menyerang Indonesia pada awal 2017. Setidaknya dua rumah sakit di Jakarta yaitu Dharmais dan Harapan Kita yang disinyalir diserang ransomeware berjenis WannaCry pada 12 Mei 2017 yang menyebabkan data pasien dalam jaringan komputer rumah sakit tidak bisa diakses.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menggelar temu media pada 14 Mei 2017 dan mengatakan bahwa Kominfo telah berkoordinasi dengan Rumah Sakit Dharmais untuk menanggulangi serangan tersebut.
Kementrian ini sigap mempersiapkan tim khusus menghadapi persoalan ini yang antara lain meliputi Direktorat Keamanan Kominfo dan pegiat keamanan siber, serta bekerjasama dengan sejumlah pihak dari luar Indonesia.
Pada 17 Mei 2017 Menkominfo mengklaim Indonesia sudah bebas virus Ransomeware WannaCry yang sebelumnya menginfeksi setidaknya 200 ribu komputer di seluruh dunia.
Menurut Rudiantara, virus yang terpapar melalui jaringan data atau internet itu tidak berdampak signifikan di Indonesia lantaran tangkasnya pencegahan yang dilakukan yakni memutus hubungan internet dan membuat salinan data cadangan.
RANSOMEWARE PETYA
Ransomeware nampaknya masih mengintai Indonesia. Tidak lama setelah WannaCry, pada 29 Juni 2017 Kominfo kembali mengimbau masyarakat untuk mencegah serangan infeksi Ransomeware Petya yang kala itu tengah melanda secara global.
Menteri Kominfo Rudiantara, meminta masyarakat untuk membuat cadangan data (backup data) sebelum mengaktifkan komputer mereka untuk mengantisipasi serangan tersebut.
Bagi pengelola teknologi dan informasi, Rudiantara meminta untuk menonaktifkan atau mencabut jaringan lokal (LAN) sementara hingga dipastikan aman.
Kominfo juga meminta agar menggunakan sistem operasi yang asli dan diperbarui secara berkala serta memasang anti-virus dan menggunakan kata kunci yang aman dan diganti secara berkala.
Meski begitu, Menkominfo mengatakan bahwa Ransomeware Petya belum menyebar di Indonesia. Menurut dia, penyebaran virus komputer yang mengenkripsi perangkat penyimpanan digital atau "hard disk" itu baru ditemui pada negara-negara di kawasan Eropa Timur, Eropa Barat, serta Asia Selatan.
SERANGAN BLUEBORNE
Para peneliti dari Armis Labs dalam laporannya pada 15 September 2017 menemukan vektor serangan terbaru yang dapat membahayakan sistem operasi populer di mobile, desktop dan IoT seperti Android, iOS, Windows, Linux, serta perangkat yang menggunakan sistem operasi tersebut.
Vektor baru ini dijuluki "BlueBorne", karena menyebar melalui airborne dan menyerang perangkat melalui Bluetooth tanpa disadari pemilik perangkat.
BlueBorne memungkinkan penyerang untuk mengendalikan perangkat, mengakses data dan jaringan perusahaan, menembus jaringan "air-gapped" yang aman, dan menyebarkan malware secara lateral ke perangkat yang berdekatan.
Sumber : www.antaranews.com
Komentar
Posting Komentar